- Persyarikatan Muhammadiyah

.: Home > Artikel

Homepage

REFLEKSI POLITIK RAKYAT DI HARI KEMERDEKAAN

.: Home > Article > PDM
29 Agustus 2024 12:14 WIB
Dibaca: 27
Penulis :

Sepuluh tahun periode kepemimpinan nasional yang kita berharap banyak dari sosok  sederhana dan merakyat  ternyata pada akhirnya harus pupus dan kandas.
 
Sebuah kegagalan, kekurangan dan kesempurnaan adalah hal wajar, tidak memuaskan banyak orang juga biasa, dinamika politik itu juga lumrah diberbagai negara terjadi, pembangunan yang belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat bisa kita terima, kesejahteraan yang belum merata itu juga biasa, dimanapun di dunia ini selalu ada persoalan yang datang silih berganti, semua wajar, lumrah apalagi kalau itu faktor teknis, manajemen dan implementasi lapangan yang kadang karena keterbatasan pengetahuan dan kekurangan pengalaman kita.
 
Apa sesungguhnya yang kita persoalkan adalah persoalan mendasar yang menjadi dasar kehidupan ini, yaitu soal nilai, etika dan moral para penyelenggara negara yang rapuh, lemah dan runtuh. Ketika etika dan norma itu sudah hilang maka hawa nafsu menjadi mahkota,  kekuasaan  disalahgunakan, aturan dibuat atau direvisi sesuai kepentingannya, hukum jadi alat politik politik  pragmatis.
 
Apalagi ketika tingkat elektoral sangat tinggi membangkitkan nafsu  melanggengkan kekuasaan, berkhianat terhadap partai pengusung, dinasti politik, kuasai para pejabat, aparat  dan ambil alih partai lawan dengan politik sandera,  lumpuhkan legislatif dan yudikatif, berikan demokrasi dan kebebasan tapi tak pernah dipedulikan, manipulasi demokrasi memunculkan wajah baru otoritarianisme elektoral.
 
Elit sibuk dengan dirinya sendiri, rakyatpun terlupakan, amanah untuk mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat tinggal harapan kosong. Kemiskinan dan kebodohan bisa jadi dilestarikan karena kondisi yang menguntungkan untuk merebut suara dengan amplop dan sembako.
 
Inilah elektabilitas yang dicari untuk meraih kekuasaan yang telah menjadi berhala, 'Tuhan' yang disembah. Anak, istri keluarga, harta benda, lebih dicintai dari Allah dan Rasul-Nya. Apa yang selama ini di teorikan, didiskusikan dan diucapkan dengan berbusa busa tentang visi, misi, ide, gagasan, program, etika, nilai, aturan, ilmu, pendidikan politik, kualitas demokratis seketika lenyap seperti debu yang terhempas angin oleh seabrek pembenaran yang sejatinya mengingkari intelektualitas dan moralitas ruhaniyah  yang telah bersemayam sebagai fitrah nur ilahi 
 
Subyektifitas telah menghilangkan obyektifitas, nafsu telah menghilangkan akal sehat, nalar telah termanipulasi, hati telah beku, kemunafikan itu normal dalam politik, ada panggung depan ada panggung belakang, kebenaran adalah milik mereka yang kuasa.
 
Apa yang ada dalam pikiran para politisi hebat itu selain kemenangan  yang sekejap, ambisi kekuasaan yang melampaui batas, lupa  bahwa kekuasaan yang menyimpang akan diambil alih oleh Sang Pemilik Kuasa, apalah artinya semua itu ketika kenikmatan dunia ibarat setetes air di tengah samudra.
 
Inilah refleksi politik rakyat yang tak berdaya namun rasa cintalah yang mendasari dan karenanya aku akan mencintaimu Indonesia dengan kesabaran, semoga Allah memberikan ampunan dan keberkahan 
 
Selamat Hari Kemerdekaan ke 79 Indonesiaku
 
rudyspramz160824

Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Category :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website