- Persyarikatan Muhammadiyah

.: Home > Artikel

Homepage

MUHAMMADIYAH BAIKNYA MENERIMA ATAU MENOLAK TAMBANG ?

.: Home > Article > PDM
02 Agustus 2024 09:02 WIB
Dibaca: 52
Penulis :

Setelah agak lama dan timbul polemik sepertinya Muhammadiyah kemungkinan besar akan menerima Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang ditawarkan pemerintah, menyusul NU.
 
Kalau kita lihat sejarah Muhammadiyah dan kiprah tokoh2nya dalam rentang satu abad sejak berdirinya,  Muhammadiyah bergerak   di ranah dakwah  pembaruan keagamaan, pendidikan,  kemanusiaan dan kebangsaan bukan diranah politik praktis  atau bagian dari masyarakat sipil yang akan selalu oposan/ berseberangan dengan pemerintah. Memang ada suara kritis tetapi sering terkait dengan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial yang memang bidang garap Muhammadiyah selama ini.
 
Dari pemikiran itulah kita bisa menerima tambang untuk kemaslahatan umat, termasuk tulisan Ketum PP di Suara Muhammadiyah :  alam diciptakan Allah untuk di ambil manfaatnya bagi manusia dan beliau  mengisyaratkan akan menerima IUP dan memandang yang keberatan berpikirnya terlampau jauh. Akhirnya  betul lewat pleno kemungkinan besar Muhammadiyah akan menerima IUP yang ditawarkan pemerintah. Apa motivasinya pasti akan selalu ada aspek kemanfaatan secara finansial untuk menggerakkan organisasi dan amal usaha.
 
Bagaimana dengan persoalan moral islam, etik dan nilai dasar perjuangan Muhammadiyah terkait dengan persoalan ramah lingkungan hidup dan ramah lingkungan sosial dan moral ? Menurut keterangan Buya Anwar Abbas, Muhammadiyah telah menemui pengusaha2 tambang dan menteri investasi  untuk membicarakan bagaimana mengatasi kerusakan alam dan konflik sosial dengan  masyarakat adat dan tentunya juga persoalan korupsi tambang. Ini menunjukkan sikap etik Muhammadiyah sebagai manifestasi gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar.
 
Soal kapasitas, Muhammadiyah memiliki ratusan PTM dengan SDM yang diantaranya pasti memiliki pengetahuan dalam mengelola tambang. Dengan demikan secara etis dan etos sebagai value sudah selesai.
 
Cuma memang selama ini Muhammadiyah di apresiasi karena sifatnya yang relatif mandiri dalam menggerakkan organisasi dan amal usahanya, ada semangat ideologi pembaruan di awal berdirinya untuk memajukan umat dari kejumudan dan kebodohan, yang mengakar disanubari dan terwariskan dari generasi ke generasi menjelma menjadi ideologi amal shalih. 
 
Ketika sebuah 'amal usaha' lahir dari pemberian pemerintah (kekuasaan) adalah sesuatu yang 'baru' dan terasa sangat beda dari sejarahnya, kalau sebelumnya amal usaha dan UPP berasal dari ide dan gagasan warga dan pimpinan Muhammadiyah dan mendapatkan dukungan dari pemerintah, namun sekarang Muhammadiyah diberi, kalau lihat prosedurnya nanti meminta karena harus mengajukan permohonan IUP ke pemerintah, jadi seolah olah yang meminta Muhammadiyah, hal ini akan menjadi catatan tersendiri bagi generasi mendatang yang belum mengetahui soal ini. Tambang itu berawal dari proses yang berbeda maka akan ada nuansa penumpukan kapital, lebih terasa 'usahanya' daripada 'amalnya'
 
Sebuah pemberian dari penguasa tidaklah netral dari politik apalagi dalam rezim sekarang ini, kita khawatir ini mengancam suara dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar meski posisi Muhammadiyah bukanlah kekuatan sipil yang oposan terhadap kekuasaan namun suara Muhamadiyah tentang  moral kekuasaan akan selalu ditunggu masyarakat.
 
Memang ada idealisme etik dari langkah Muhammadiyah bertemu pengusaha tambang dan menteri investasi untuk mengatasi persoalan kerusakan lingkungan, konflik sosial dan juga korupsi, namun dalam realitanya apakah mudah menyelesaikan persoalan kerusakan lingkungan yang sudah rusak parah, konflik sosial, korupsi, mafia, oligarki yang tidak mudah teratasi dalam dunia pertambangan, tidakkah justru Muhammadiyah nanti malah jadi pembela pengusaha2 dan pemerintah yang sudah jelas melanggar ketentuan yang berlaku. Apalagi dalam era kekuasaan digital, Muhammadiyah bisa jadi bulan-bulanan netizen dan akan digugat buat apa ada Majelis Lingkungan Hidup, Majelis Tarjih, Majelis Tabligh dan konsep dakwah ekologi dalam Islam ? 
 
Para pengamat pertambangan sudah  menganjurkan untuk mencari sumber-sumber energi terbarukan sebagai pengganti nikel, batu bara dll yang akan habis, menyisakan kerusakan lingkungan yang parah dan tidak punya masa depan. Seandainya Muhammadiyah dengan ratusan PTM melakukan riset dan inovasi energi terbarukan untuk mengatasi krisis energi masa depan, maka inilah sesungguhnya wilayah kerja yang paling tepat bagi sebuah organisasi pembaharu, progresif dan berkemajuan. 
 
Dunia Muhammadiyah adalah dunia pembangunan manusia lewat pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, kebudayaan bukan 'dunia gelap' tambang yang tidak mudah diputihkan, batin kita menolak dan kita tidak ingin sinar-sinar terang dalam logo Muhammadiyah menjadi redup dan kusam, tersungkur oleh debu debu pragmatisme.
 
Wallahu a'lam
rudyspramz250724

Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Category :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website