PDM Kabupaten Wonosobo - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Wonosobo
.: Home > Artikel

Homepage

TAUHID SEBAGAI SPIRIT KEMAJUAN UMAT

.: Home > Artikel > PDM
16 Juni 2023 12:02 WIB
Dibaca: 271
Penulis : rudyspramz

Bagaimana kita bisa memahami Tauhid sebagai Spirit Kemajuan Umat ? Apakah ada korelasi antara Pemurnian dengan kemajuan ? Tauhid sebagaimana yang telah kita pahami adalah konsep keesaan Allah lawan diametral tauhid adalah syirik, yaitu keyakinan adanya kekuatan lain selain Allah yang bisa memberikan manfaat dan madharat. Islam yang mempengaruhi budaya ataukah Islam menjadi bagian dari budaya menjadi polemik para ahli pengamat dan ahli. Kita lebih melihat kepada paham dan amaliyah umat Islam ternyata berbau mistisisme meskipun nuansa Islam terasa kuat dalam amaliyah. Ketika keyakinian mistis dan irasional itu terasa kuat maka rasionalitas umat beku padahal melalui rasionalitas dan intelektualitas itulah berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, pemikiran peradaban baru dan kemajuan teknologi. Dengan demikian ada korelasi antara Pemurnian dengan kemajuan.

Kalau boleh kita istilahkan tradisionalisme ( mempertahankan tradisi Islam yang stagnan ) dan sinkretisme (pencampuran antara Islam dengan keyakinan diluar Islam membentuk sebuah ritual/ajaran baru) menjadi sumber kritik kaum modernis Islam sebagai penyebab kemunduran Umat. Ada beberapa faktor penyebab : Pertama, adanya pemahaman keagamaan yang tidak murni masih bercampur dengan adat dan keyakinan yang tidak berasal dari ajaran Islam, dan berpotensi merusak aqidah Islam karena berbau takhayul, bid’ah dan khurafat terutama berasal dari adat tradisi pra-Islam, animisme, dinamisme, hindu, budha, kejawen seperti : keyakinan ghaib  terhadap dewa-dewa, ruh-ruh dan benda-benda bahwa semua unsur ghaib itu aktif mampu memberikan manfaat dan madharat sehingga dilakukan  upacara-upacara keselamatan yang didalamnya Islam melalui doa yang dipanjatkan menjadi subsistem ritual tersebut, praktek perdukunan meski berdalih pengobatan Islami dan semua tradisi umat dalam siklus kehidupan (kelahiran, pernikahan dan kematian). Semua sinkretisme itu telah mematikan akal sehat manusia, membekukan pikiran dan mengesampingkan ilmu pengetahuan. Demikian pula dengan tradisonalisme (praktek keagamaan yang sudah turun temurun yang tidak jelas sumbernya dari Al Qur’an dan As Sunnah, berbau ritual dan spiritual dan kebudayaan semata, taqlid dan menutup pintu ijtihad) menjadikan umat menjadi jumud dan tidak mengalami kemajuan

Contoh kongkrit pertama : banyak tradisi sinkretis di masyarakat kita yang mengancam ketauhidan umat, misalnya melakukan ritual dan sesajen pada Dewi Sri, Dewi Kesuburan agar tanaman padi tumbuh subur dan panen melimpah, tradisi 1 syuro untuk mencari keberkahan, membangun rumah di atap dipasang padi dan jagung dibungkus kain merah, membuat jembatan pakai kepala kerbau, biar uang tersimpan aman di kasih lembaran rajah-rajah/hizib, ayat-ayat Al-Qur’an sebagai jimat, agar meraih keberuntungan dan sukses pergi ke tempat keramat atau meminta kepada arwah, kepercayaan kepada bangsa alus, memedi, demit, lelembut, danyang, tuyul sehingga harus di slameti dan mempersembahkan sajen ditempat keramat dan semua hal yang sifatnya ghaib dan mistis, telah membodohi umat, mematikan rasionalitas dan melupakan ilmu pengetahuan. Yang seharusnya dipahami bahwa kalau bangunan rumah atau jalan/jembatan ingin kuat dan aman ditentukan oleh seberapa ketebalan betonnya, besinya, konstruksinya dan jangan banyak korupsinya. Agar tanah ingin subur menggunakan ilmunya bagaimana memberi pupuk, mengatasi hama, merawat tanaman. Keberhasilan hidup hanya dapat dicapai dengan bekerja dan berdoa kepada Allah swt. Dari mistisisme menjadi aktifisme, Intinya semua bisa diatasi secara rasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan selebihnya kita serahkan kepada Allah swt yang dalam Islam semua proses rasional yang diawali dengan doa dan diakhiri dengan berserah diri kepada Allah itulah yang disebut tawakal.

Kedua,Praktek tradisionalis yang juga memperkeruh tauhid. Kultur keislaman yang taqlid, kultus terhadap ulama/kyai dan menutup pintu ijtihad. Sebagai contoh umat telah menyakini dan mengamalkan rukun iman dan rukun Islam, telah melaksanakan. sholat, puasa, zakat, haji, qurban, mencari ilmu wajib, infaq, sedekah kepada anak yatim dan orang miskin wajib, namun semua kebiasan tersebut tidak berpengaruh terhadap kehidupan yang maju. Umat tetap bodoh, kotor, tertutup, jumud dan beku karena beragama sebatas ritual dan spiritual. Asketisme individual lebih utama dari reformasi sosial. Dalam Pendidikan hanya pelajaran keilmuan Islam saja tidak menyentuh penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan secara lebih luas. Kultur penghormatan yang berlebihan terhadap kyai/ulama baik ketika masih hidup atau sudah wafat sebagai washilah terkabulnya doa, selain berpotensi memperkeruh ketauhidan juga rasionalitas dan intelektualitas. Semua persoalan tersebut membuat umat Islam yang mayoritas selalu tertinggal dengan kelompok masyarakat yang lain dan non muslim.

          Ketiga,dalam konteks perkembangan jaman, berkembangnya pemikiran dan kemajuan iptek, umat juga menghadapi tantangan berhala (kemusyrikan) modern, seperti gaya hidup hedonisme, kapitalisme, relatifisme dan sinkretisme agama, kebebasan atas nama hak asasi, kemanusiaan dan kesetaraan gender, semua perlu disikapi umat secara arif dan tegas, termasuk juga pemikiran politik seperti Demokrasi, HAM,  ideologi dan budaya Barat, relasi agama dengan negara, situasi global yang tidak menentu, efek negatif kemajuan teknologi informasi, dll. Semua perlu disikapi secara cerdas berpedoman kepada falsafah Pancasila, Agama dan nilai luhur budaya bangsa.

Artinya ketauhidan umat selalu dalam ancaman sejak dulu sampai sekarang, Umat pun sadar bahwa semua harus kembali kepada Tauhid yang murni namun dalam implementasi berbeda ada yang lebih bergerak kearah politik (tegaknya khilafah dan syariat Islam) ada yang lebih kearah pembangunan masyarakat (nilai-nilai Islam). Selain itu dalam pemikiran dan aksi gerakan ada yang menjadi berkarakter radikal (fundamentalis) ada yang sebaliknya liberal (sekuler) dalam merespon tekanan global secara politik, ekonomi dan budaya.

Dalam perspektif Tauhid : Paham dan Pemikiran Islam yang wasathiyah (sesuatu yang berada ditengah diantara dua sisi) menjadi pilihan. Ummatan wasathan sudah disebutkan dalam QS Al Baqarah ayat 143. Menurut al-Asfahany, kata wasathiyah berarti tengah-tengah diantara dua batas (a’un) atau bisa berarti yang standar. Kata tersebut juga bermakna menjaga dari sikap melampaui batas (ifrath) dan ekstrem (tafrith). Menurut At-Thabary terdapat 13 riwayat yang menunjukkan kata al-wasath bermakna al-‘adl disebabkan hanya orang-orang yang adil saja yang bisa bersikap seimbang dan bisa disebut orang pilihan. Allah menggunakan kata al-wasath karena : Pertama, Allah akan menjadikan umat Islam sebagai saksi atas (perbuatan) umat yang lain sedangkan posisi saksi semestinya harus berada di tengah-tengah agar dapat melihat dari dua sisi secara berimbang (proporsional) sehingga bisa memberikan penilaian yang terbaik. Kedua penggunaan kata al-wasath terdapat indikasi yag menunjukkan jati diri umat Islam yang sesungguhnya yaitu bahwa mereka menjadi yang terbaik karena mereka berada ditengah-tengah, tidak berlebih-lebihan dan tidak mengurangi baik dalam hal aqidah, ibadah dan muamalah.

Sekali lagi mengapa umat selalu tertinggal ? Muhammad Abduh mengatakan, “Al Islamu Mahjubun bil muslimin (kemajuan Islam tertutup oleh pemeluknya), saya tidak melihat orang Islam di Barat tapi melihat nilai-nilai Islam seperti kerja keras, prestasi, disiplin, menjaga kebersihan, tertib lalu lintas, sementara di Timur saya melihat orang Islam tapi tidak melihat nilai-nilai Islam dipraktekkan dalam pemahaman dan pengamalan pemeluknya”.

Islam  tidak lagi berwatak liqulli zamanin wamakanin (kontekstual dalam setiap ruang dan waktu) alias Tauhid tidak lagi menjadi spirit kemajuan umat, lantas muncullah gerakan pembaharuan dalam dunia Islam sejak abad ke 11 untuk mengembalikan kejayaan umat Islam.

Buku Tauhid al Faruqi: Tauhid its Implications for Though and Life, Al Faruqi menjelaskan selama ini umat Islam berada dalam kesedihan dan keprihatinan, Umat terjebak dalam belenggu kemiskinan, kebodohan, permusuhan, kebiadaban karena belum memiliki pijakan yang pasti, solusi atas problem tersebut adalah kembali ke Tauhid, Umat Islam harus dapat memahami konsep keesaan Tuhan yang merupakan dasar dan dapat menjadi inspirasi berbagai aspel kehidupan muslim yang mencerminkan semangat laa illaha illallah.

Seorang yang bertauhid dengan benar adalah mereka yang menguasai ilmu pengetahuan, tidak ada dikotomi dunia dan akhirat, dunia jalan menuju akhirat. Wujud ketakwaan adalah  dengan pemikiran progresif dan amal sholeh yang transformatif, membebaskan dan memajukan kehidupan.

Dengan iman, ilmu dan amal, seorang yang bertakwa akan bekerja keras, dan berprestasi  Bahwa nasib bukan ditentukan oleh nasab tapi nasib ditentukan oleh kasyab (usaha dan prestasi) dalam bekerja dan beramal meraih ridha Allah. Usaha dan prestasi inilah merupakan ciri keimanan dan amal sholeh yang membedakan manusia dengan yang lain, mereka yang mulia di sisi Allah adalah mereka yang berusaha dan berprestasi dalam amal dan pekerjaan.

Al-Qur’an menempatkan ilmu pengetahuan sejajar dengan iman, maju mundurnya sebuah peradaban dalam perspektif Islam sangat tergantung pada berhasil atau gagalnya dalam mengintegrasikan antara iman dengan ilmu pengetahuan, iman tanpa ilmu pengetahuan: bodoh, ilmu pengetahuan tanpa iman: buta,  iman sebagai pondasi spiritual dan ilmu sebagai senjatanya dalam menghadapi kehidupan dengan ujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (QS. Al Mujadalah ayat 11)

Ilmu merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya termasuk malaikat. Allah sangat mendorong agar manusia mencari, meneliti, mempelajari, mengajarkan dan mengamalkan ilmunya (QS. Al  Baqarah ayat 31). Ulama hadist terkemuka, yaitu Al Bukhari berkataal Ilmu qoblal qouli wal amaly (ilmu sebelum berkata dan berbuat)

 

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website