PDM Kabupaten Wonosobo - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Wonosobo
.: Home > Artikel

Homepage

TAUHID SEBAGAI SPIRIT AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR

.: Home > Artikel > PDM
16 Juni 2023 11:56 WIB
Dibaca: 129
Penulis : rudyspramz

Melalui pemahaman terhadap Tauhid Rububiyah, Uluhiyah dan Ilahiyah, kita memahami bahwa dalam Tauhid yang tertinggi dan terbesar hanya Allah swt, semua mahkluk wajib menyembah, minta pertolongan dan taat hanya kepada Allah swt, debngan demikian semua manusia setara, secara tidak lansgung ditegaskan dalam QS . Al Hujurat ayat 13 bahwa manusia itu banyak perbedaan untuk saling kenal mengenal (lita’aarafuu) dan dihadapan Allah swt yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling takwa (inna akramakum ‘indallaahi atqaakum) bukan toleransi, sesungguhnya orang yang paling mulia dianatara kamu disisi Allah adalah orang yang paling takwa, secara substansial orang yang bertakwa adalah orang yang adil (tidak dzalim) kepada manusia lainnya.

Karena itulah dalam sejarah para nabi dalam menyerukan tauhid, selain menyembah hanya kepada Allah (habblun minallah) sekaligus juga menyerukan keadilan sebagai konsekuensi dari kesetaraan antar manusia (habblun minannas) dengan cepat mendapatkan dukungan dari masyarakat bawah yang tertindas melawan kedzaliman penguasa, menjadi gerakan sosial egalitarianisme dari masyarakat bawah (budak) Sejarah para nabi tak lain sejarah ‘oposisi’ sejarah pembebasan terhadap kaum tertindas (mustad’afin). Kehadiran mereka di bumi tidak hanya sebagai penyampai wahyu Allah  namun juga memimpin kaumnya dalam perlawanan terhadap penindasan dan penjajahan, karena tidak jarang mereka berhadapan dengan penguasa yang dzalim dan tiranik, Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud yang menyembah berhala, Nabi Musa  harus bersusah payah mengeluarkan kaumnya dari perbudakan Fir'aun dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Nabi Isa harus menjadi buronan Raja Herodes karena terus menerus menerus perlawanan terhadap penguasa dzalim itu.

Rasulullah sendiri dalam sejarah kenabiannya selain menegakkan tauhid yang murni dari penyembahan terhadap berhala (Latta, Uzza) juga melakukan pembebasan kepada mereka yang tertindas, secara politik ekonomi melawan kekuasaan oligarki kaum kafir Quraisy, Nabi Muhammad saw telah berhasil membebaskan kaum lemah Arab, terutama dari kebodohan dan  perbudakan. Posisi kaum perempuan yang sebelumnya sangat hina bahkan bisa diwariskan dan diperjualbelikan, diangkat menjadi makhluk yang mulia bahkan berhak atas harta warisan, para budak yang biasanya diperlakukan sebagai barang dagangan diberikan kebebasaan sebagai manusia merdeka yang memiliki hak yang sama dengan manusia lain, bahkan dengan nabi sekalipun.

Demikian pula dari kacamata Tauhid Sosial (Implementasi Tauhid dalam kehidupan sosial : formula menggempur kesenjangan sosial) yang digagas Prof. DR. Amien Rais, MA mengajarkan, karena kita : berawal dari Mengesakan Allah menurunkan pengertian ketauhidan berikutnya yaitu  kesatuan dalam penciptaan, kesatuan dalam kemanusiaan, kesatuan pedoman hidup dalam agama wahyu dan kesatuan tujuan hidup maka semua manusia satu dan sama (setara) oleh karena itu tidak diperkenankan adanya ketidakadilan (kedzaliman) dan ketidakjujuran dalam penegakan hukum, tidak boleh ada kedzaliman karena perbedaan kepentingan politik, aspirasi politik, bersikap kritis (opososi), tidak boleh ada penghisapan ekonomi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam bentuk konglomerasi, monopoli, nepotisme, korupsi ataupun kolusi dan juga dalam mendapatkan akses pekerjaan dan pelayanan publik lainnya, semua harus adil dan diperlakukan sama atas dasar kemanusiaan dan ketuhanan.

Dalam QS. An Nisa ayat 135, yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri, atau ibu bapak dan kaum kerabatmu, jika ia (orang yang tergugat atau terdakwa) kaya atau miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatnnya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutarbalikkan kata-kata atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”

Di dalam ayat ini Allah memerintahkan supaya berlaku adil diantara sesama manusia, menjadi saksi karena Allah melihat persoalan secara obyektif tanpa kepentingan siapapun dan tanpa membedakan keturunan, kekayaan, atau kekuasaan. Kewajiban berlaku adil disebabkan dua hal utama : Pertama, keadilan adalah milik semua orang tanpa pandang bulu, miskin kaya, pejabat, rakyat harus mendapat perlakuan yang sama dihadapan hukum. Kedua, Rasulullah mengingatkan bahwa ketidakadilan hukum dapat menjadi penyebab utama kerusakan masyarakat, ketika hukum hanya membela kelompok atas dan menindas kelompok bawah maka masyarakat berada di pintu kehancuran sebab keadilan adalah salah satu  pilar utama dari bangunan masyarakat.

Sesungguhnya jurang yang semakin dalam antara lapisan kaya dan lapisan miskin disertai kehidupan yang eksploitatif dan tidak adil merupakan fenomena anti Tauhid, pro syirik, zalim dan taughut yang harus dilawan sebagai energi perjuangan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Perintah berorganisasi dalam rangka menegakkan  Amar Ma’ruf Nahi Munkar jelas diperintahkan Allah, dalam QS. Ali Imran ayat 104 : "Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru keada kebajikan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”

Selain amar ma’ruf (mengajak kebaikan) juga nahi munkar (mencegah kemunkaran) ini lebih beresiko, karena melawan kemungkaran yang ada, akan berhadapan dengan banyak kepentingan dan beresiko, bukannya takut tapi kita harus cerdas, strategis makanya nahi munkar dengan amar ma’ruf dalam koridor demokrasi, tidak melanggar hukum, harus taat pada aturan yang berlaku, kritis, ilmiah, obyektif, tidak fitnah ataupun ujaran kebencian dan tetap ada dalam kebaikan dan kesabaran (QS. Al Ashr) 

Sebagai umat yang bertauhid dan sekaligus khairu ummah maka menjadi kewajiban kita untuk selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dimana saja berada Perintah ini adalah kewajiban kalau tidak bisa dengan tangan (kekuasaan) dengan lisan atau hati sebagai selemah lemahnya iman bahlan dijanjikan surga: Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an apakah kamu akan masuk surga padahal belum jelas orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian

 

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website