PDM Kabupaten Wonosobo - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Wonosobo
.: Home > Artikel

Homepage

SEBARKANLAH BENIH BANGUNLAH BATU BATA

.: Home > Artikel > PDM
15 Juni 2023 22:23 WIB
Dibaca: 127
Penulis :

Melihat massa Nahdliyin yang luar biasa saat Harlah 1 Abad kemarin full sesak di Alun alun Wonosobo, jalan macet, UKM laris manis ada fenomena menarik sebagian diantaranya saya lihat anak2 remaja pemuda milenial, tampil  trendy dengan seragam Anshor dan Fatayat  dengan gadget yang terus bergerak mengambil pose yang kreatif maka kaum sarungan di nahdliyin dengan rokok linting kemebul, sandal jepit dan kupluk lawas kecoklatan, seakan akan semakin terkikis. 
 
Dengan basis masa kultural di pesantren2 yg tersebar luas, santri2 dengan loyalitas tinggi pada kyai, amaliyah nahdliyin secara kultural telah tersebar luas di masyarakat maka persoalan kader dan mubaligh tidaklah masalah. Dengan tradisi seni budaya Islam dan paham keagamaan yang sederhana sangat mudah dijangkau oleh nalar mereka, tahlilan, dan sholawatan yang mendamaikan dan pulang bawa berkat cukuplah membuat mereka nyaman dan bahagia dengan amaliyah NU, persoalan di pentas nasional banyak friksi atau di internal NU banyak faksi2 tidaklah perlu dipikirkan, pembinaan kerohanian yg intens, kehidupan yg damai di desa, ibadah dengan nyaman menjadi lebih penting. 
 
Untuk membendung penetrasi paham 'Islam lain' maka pimpinan membangun loyalitas dengan memperkuat sisi 'emosionalitas' jamaah dengan bahasa sederhana seperti dalam Harlah kemarin yang menyinggung serangan bid'ah dan musryik terhadap amaliyah nahdliyin, dengan menggelorakan fanatisme ke NU-an maka sekali NU tetap NU.
 
Dengan kultur sosial dan psikologis seperti itu membuat NU lebih cepat menyebar di pedesaan dengan mayoritas petani yang dekat 'mistisisme' sementara Muhammadiyah dengan kultur yang lebih egaliter dan intelektual lebih berkembang  di Perkotaan, dengan basis awal kaum saudagar  yang 'rasional'
 
Ketika kemudian ada sebagian dari warga desa apalagi yang jauh dipelosok memilih Muhammadiyah maka bikin kita takjub, penampilan 'wong ndeso' khas nahdliyin tapi menjadi Muhammadiyyin membuat kita terharu dan menjadi menarik untuk kita telusuri, itulah yang kita ingin menulis sejarah perjuangannya yang sekarang sedang proses edit dan lay out buku Sejarah Muhammadiyah Wonosobo, Rekam Jejak Sang Surya menyinari Bumi Asri 
 
Karena langka dan unik itulah ibarat barang harus kita rawat agar bernilai tinggi. Ranting Muhammadiyah adalah ujung tombak dakwah Muhammadiyah, di Cabang dan Rantinglah jamaah itu ada, tantangan dakwah itu nyata dan peran sosial berkemajuan ditunggu akar rumput, jami'yah tak mungkin tanpa jamaah, tidak ada Muhammadiyah kalau tidak ada pengajian begitu pesan Bp. AR Fachrudin, Muhammadiyah boleh sukses berkibar di ranah global dan nasional tapi ibarat pohon kalau akarnya rapuh maka cepat atau lambat akan tumbang, apalagi sekarang sering ada 'angin dan badai' yang menerjang.
 
'Sebarkanlah benih benih Bangunlah batu bata..' begitu kurang lebih pesan Kahlil Gibran, mengandung makna yang mendalam agar Muhammadiyah yang kokoh, yang baik, yang indah, yang bermanfaat itu jangan sampai musnah ditelan jaman.
 
Muhammadiyah sebagai gerakan 'Islam baru' sebuah gerakan perubahan, harakah islamiyah tanpa basis kultural yang kuat memang harus menciptakan jamaah sendiri sekaligus harus membangun, menguatkan dan berkontribusi secara nyata kepada masyarakat luas.
 
 
 
Wallahu a'lam
rudyspramz120223
 

Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website