Wadaslintang - Persyarikatan Muhammadiyah

Wadaslintang
Wadaslintang
.: Kembali ke PDM Kabupaten Wonosobo

Homepage

Sejarah Muhammadiyah Cabang Wadaslintang

                                                Berdakwah Dengan Prinsip Umat Tengahan dan Toleransi

Muhammadiyah Cabang Wadaslintang berlokasi di Kecamatan Wadaslintang dengan batas wilayah sebelah barat : Desa Sadang (Kebumen), sebelah timur : Ke­camatan Kaliwiro, sebelah utara: Kecamatan Leksono, sebelah selatan : Desa Padu­reso (Kebumen). Sekarang ini merupakan periode kepemimpinan ke 6 memiliki 8 Ranting dari 17 Desa, telah memiliki ortom : ‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadi­yah, MDMC, MCCC, Tapak Suci dan Amal Usaha : SMK Muhammadiyah 2 Wono­sobo, TK ABA Wadaslintang, Masjid At Taqwa Wadaslintang, adapun tokoh-tokoh pendirinya Bapak Misno, Bapak Budi, Bapak Rohmat, Bapak Priyo, Bapak Supar­man, Bapak Khairi, Bapak Duriyat, Bapak. Nasrudin, S.E, berlatar belakang pensi­unan/PNS/guru

Sejarah berdirinya PCM Wadaslintang dilatar belakangi keinginan untuk me­mahami Al Islam dan Kemuhammadiyahan secara utuh dan maju, maka sekitar tahun 1980, diadakan pengajian rutin oleh Bapak Duriyat (KUA Wadaslintang) dari rumah ke kerumah sesuai situasi dan kondisi. Peserta pengajian yang aktif antara lain : Bapak Budi, Bapak Rahmat, Bapak Misno, Bapak Suparman, Bapak Khairi.

Hasil dari beberapa pertemuan pengajian menggagas adanya amal usaha be­rupa Masjid, sebagai pusat kegiatan pengajian, ibadah, sosial dan musyawarah. Di­dirikanlah Masjid At Taqwa sebagai AUM yang pertama masih eksis berdiri dan bermaanfaat untuk umat, semua atas bimbingan dan nasihat dari Bapak Zaid, Bapak Kasno dan Bapak Duriyat.

Untuk mendukung persyaratan sebuah Ranting didirikanlah Ranting Lim­bangan, Ranting Lancar, Ranting Plunjaran, Ranting Somogede, Ranting Kesenet, Ranting Plunjaran, Ranting Wadaslintag. Untuk silaturahmi dan koordinasi di ada­kan pengajain rutin tiap ahad pahing di Masjid At Taqwa Wadaslintang dan pada sekitar tahun 1985 dari PDM Wonosobo hadir Bapak Zaid, Bapak Kasno, Bapak

Duriyat, dan Bapak Abbas dan dilanjut berkunjung ke Ranting ranting.

Ketua PCM periode awal berdiri adalah : Bapak Budi anggotanya : Bapak Rohmat, Bapak Parman, Bapak Misno, Bapak Chaini, Bapak Priyo, kemudian peri­ode kedua 1975 ketuanya Bapak Misno ditambah Bapak Priyo, Bapak Muniri, terja­di sekitar tahun 1985-1988.Pada waktu itu ortom yang di bentuk baru ‘Aisyiyah atas usul dari bapak-bapak PCM. Berdirinya PCM cukup positif menambah semarak ormas yang ada seperti NU dan LDII.

Persoalan yang dihadapi saat ini belum ada tokoh yang mumpuni dalam bidang agama, masih andalkan tokoh/ustadz dari Wonosobo, belum adanya koordi­nasi dengan pihak lain (Ormas dan pemerintah setempat), minimnya jumlah ang­gota, sehingga sedikit sekali sumber dananya, Menurunnya semangat berjuang para Dai / mubaligh untuk terjun ke ranting-ranting, kerjasama yang kurang intensif dengan pihak PDM atas ORTOM lain dan kegiatan dakwah, kurangnya silaturah­mi antar PCM, sehingga menurunnya rasa kekeluargaan di dalam Muhammadiyah, belum semuanya menaati aturan organisasi masih gunakan kemauan/ego sendiri, berharap dukungan dari PDM, Lazismu, PCA agar menjadikan Ghirah dakwah dan berorganisasi menjadi mantap.

Perkembangan periode kepemimpinan memiliki peningkatan yang berbe­da. Ketika PCM periode Pak Rahmat/Pak Misno adalah pengajian rutin tiap malam ahad wage berjalan terus, amal usahanya berupa Masjid At Taqwa (pemanfaatan­nya sampai sekarang),periode Pak Priyo terbentuk ortom PCA dan PCPM/KO­KAM perdana tahun 1987, periode bapak Dalil, semakin berkembang rantingnya yaitu berdiri Ranting Kemutug, Wadaslintang, Somogede, Plunjaran, Tirip dan berdiri Amal usaha : SMK Muhammadiyah 2 Wonosobo pada tahun 2008-2009 dan reha­biltisasi Masjid At Taqwa, pada saat sekarang ini periode Bapak Triyoto, sekarang perkembangannya AUM berjalan lancar meskipun kembang kempis, rehab masjid berjalan atas adanya Lazismu dan ada kantor PCM, MDMC, PCPM/ KOKAM, ker­jasama dengan PUTM Jogja dan beberapa lembaga lain berkaitannya dengan dak­wah.

Tidak ada kendala dalam pengamalan paham Muhammadiyah karena kita gu­nakan prinsip umat tengahan (madani) yang penuh toleransi. Harapan kami, adan­ya bimbingan khususnya tiap lapanan secara rutin untuk hadir para pimpinan dan PDM Wonosobo.Pengajian lapanan ahad pahing perlu undang dai/ustad yang bisa menarik simpati banyak orang.

 

Sumber : Buku “Sinar Sang Surya di Bumi Asri, Rekam Jejak Gerakan Muhammadiyah di Wonosobo” TP2SM Wsb April 2023, ed. Rudyspramz

 

 


Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website