Kaliwiro - Persyarikatan Muhammadiyah

Kaliwiro
Kaliwiro
.: Kembali ke PDM Kabupaten Wonosobo

Homepage

Sejarah Muhammadiyah Cabang Kaliwiro

                                          Berawal dari Pengungsi yang kemudian Mengadakan Pengajian

Muhammadiyah Cabang Kaliwiro berlokasi di Kec.Kaliwiro dengan batas sebelah Timur : Kec. Kalibawang, sebelah Utara : Kec. Selomerto, sebelah Barat : Kab. Banjarnegara, dan sebelah selatan : Kec. Wadaslintang. berdiri pada tahun 1960 oleh para pendiri Bp. Surur dan Bp. Abdul Manan, memiliki 9 Ranting dan ortom : Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Pemu­da Muhammadiyah, IPM dan telah memiliki AUM : Masjid Amanah, MIM Karang­mangu, MIM Kalialang, MIM Bendungan, SMP Muhammadiyah Kaliwiro, SMK Muhammadiyah 3 Kaliwiro

Latar Belakang berdirinya PCM Kaliwiro, pada tahun 1948 telah berdiri pen­gajian-pengajian yang diselenggarakan oleh warga setempat seperti yasinan dan tah­lilan. Pada saat itu, ketika terjadinya bom di Sapen Wonosobo yang mengakibatkan beberapa warganya mengungsi ke Daerah Kaliwiro lebih tepatnya di Selomanik dan Karangmangu. Orang-orang yang mengungsi ke Kaliwiro antara lain Bapak Sulaim­an, Bapak Martorejo, Bapak. Khottroji, dan orang dari Kertek. Para Pengungsi terse­but mendirikan pengajian di Karangmangu, yang notabenya adalah daerah TBC (Takhayyul, Bid’ah, dan Churafat) yang biasa dengan Tari Lengger, dan sebagainya. Bapak Sulaiman merintis pengajian yang ajarannya adalah Muhammadiyah, dima­na beliau ikut menari lengger untuk sebagai bagian dari strategi dakwah.

Sejarah berdirinya PCM Kaliwiro, pada tahun 1952 dimulai dengan perinti­san Ranting/kelompok pengajian/gerombolan akan tetapi belum menggunakan nama Muham­madiyah namun yang diajarkan paham Muhammadiyah. Dakwah berlanjut den­gan mendirikan Madrasah Diniyah Sore bertempat di Rumah Bapak. Surur yang beratap ijuk diasuh oleh Bapak Tsalupi, Bapak Khotroji, Kyai Sulaiman, dan Kyai Surur. Akhirnya Kyai Sulaiman, Bapak Matorejo dan Bapak Thoha menetap di Kali­wiro. Ada 2 Tokoh yang sangat berpengaruh waktu itu antara lain Bapak Surur dan Bapak Abdul Manan. Dari situlah cikal bakal terbentuknya kepengurusan Ranting Muhammadiyah yang berada di Cabang Kaliwiro dengan pengurusnya antara lain orang-orang tersebut, dengan tambahan Bapak Rais, Bapak Rohani, dan Bapak Sahlan.

Perkembangan dakwah Muhammadiyah semakin bersemangat bersamaan dengan semakin meningkatnya paham komunisme dengan menambahkan Penga­jian Sore dan Madrasah Diniyah Sore digantikan dengan Madrasah Al-Qur’an un­tuk Pembelajaran Bahasa Arab sebagai permulaan pendirian Majelis Wajib Belajar (MWB) Muhammadiyah.  Pengajian setiap Malam Jum’at dengan penyampaian materi yang sangat sederhana antara lain cara sholat, cara wudhu, cara sholat jum’at, dan lain-lain langsung dengan praktek bersama Kyai Sulaiman. Berjalannya waktu kepengurusan  Ranting Muhammadiyah menjadi lengkap, dan dakwahnya meluas ke dusun sebelah seperti Dusun Duren Sawit dan Dusun Kepaksan. Akan tetapi untuk pembinaan dua Ranting baru tersebut masih dijadikan satu dengan Karangmangu. dengan nama “Pengajian Ahad Kliwon”. Pengajian selapanan tersebut dipimpin oleh Bapak Kyai Sulaiman

Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Klaiwiro terbentuk dengan didukung Ranting Duren Sawit diketuai oleh Bapak Makhroji, Bapak Nurrofik, Bapak Abdullah, dan Bapak Alimi, untuk Ranting Kepaksan dipimpin oleh Bapak Manten Abdullah Sirat, Bapak Sunoto, Bapak Ni­tirejo, Bapak Sis, dan Bapak Abu. Selain itu Ranting Kaliwiro memiliki tokoh-tokoh besar antara lain Bapak Abdullah Anshor, Bapak Subro, dan Bapak Sis. Angkatan Mu­danya ada Bapak Makful, Bapak Sumarsono, Bapak Sis. Pendirian Cabang Kaliwiro merupakan sebuah hasil kebersamaan dari Ranting-ranting yang ada didalamnya. Didatangkan pendakwah dari Pekajangan, Pekalongan, Wonosobo bahkan dari Yo­gjakarta sebagai pemateri. Di masa itulah dakwah semakin berkembang dan pesat disetiap Rantingnya. Seh­ingga sekitar tahun 1960 PCM   Kaliwiro terbentuk dan mengadakan kegiatan Kaderisasi di Sudagaran, Wonosobo.

Mengenai Lembaga dan Amal Usaha Muhammadiyah Kaliwiro pada tahun 1965 mendirikan  Madrasah. Warganya rutin mengikuti pengajian yang diselenggara­kan di Wonosobo. Seiring perkembangan zaman, Cabang Ka­liwiro bertambah tiga Ranting yaitu Ranting Kauman, Ranting Kalialang, dan masih persiapan pembuatan Ranting Margolangu. Cabang Kaliwiro pada masanya dipimp­in oleh Bapak Kyai Surur kemudian Bapak Abdul Manan, dilanjutkan generasi mu­danya yaitu Bapak Ghozaily dan Bapak Makful, dan sekarang dipimpin oleh Bapak Shokhih. Amal Usaha Muhammadiyah Cabang Kaliwiro berupa MI Karangmangu, MI Bendungan, MI Kalialang, SMP Muhammadiyah, dan SMK Muhammadiyah 3. Sekitar tahun 1965, SMP pertama yang ada di Kecamatan Kaliwiro adalah SMP Muhammadiyah Kaliwiro. Pada sekitar tahun 1970 Cabang Kaliwiro juga memiliki Amal Usaha berupa PKO Muham­madiyah yang dikelola oleh Para Alumnus Stikes Muhammadiyah Jogjakarta antara lain Ibu Feri, Ibu Nuryamah selaku bidan dan Bapak Usman sebagai pimpinannya. Akan tetapi pada saat ini karena menghadapi kendala maka PKO ditutup, walaupun perizinan masih ada, meskipun demikian para kader terus berjuang mengembangkan lembaga pendidikan yang dirintis bersama tersebut yang terdiri dari 3 SD/MI, 1 SMP, dan 1 SMK.

Untuk menguatkan kader-kader Muhamadiyah Cabang Kaliwiro mengikuti perkaderan yang diadakan di Sudaga­ran Wonosobo, dengan pemateri Bapak H. Djindar Tamimi (PP Muhammadi­yah). Peserta perkaderan Bapak Mirsod, Bapak Purwantoro, dan Bapak Ghozaily. Perwakilan Pemuda Muhammadiyah adalah Bapak Yusro, dan Perwakilan Nasyi’at­ul ‘Aisyiah Ibu Muthmainnah dan Ibu Mariah Purwantoro.

Kisah perjuangan Cabang Kaliwiro ini bisa dijadikan inspirasi kepada para pemuda Muhammadiyah Millenial yang serba lengkap dengan adanya fasilitas-fasil­itas yang memadai. Ada sebuah cerita perjuangan, perjalanan menuju Wonosobo harus berjalan kaki dari Karangmangu hingga Krasak Selomerto dikarenakan tidak ada kendaraan, sejauh 22 km mereka melewati lebatnya Hutan. Dengan kesung­guhan dan kerja keras sehingga Muhammadiyah Kaliwiro tetap ada. Kader-kader Muhammadiyah Kaliwiro tersebar di Nusantara ada yang di Kalimantan, Papua, dan Sumat­era. Bahkan ada yang menjadi Kepala SMA di Aceh, hingga ada yang kuliah di luar negeri : Perancis, Madinah, dan 2 orang di Mesir. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan karena pendahulunya yang telah mendidik dan berjuang dengan selalu diiringi doa yang tak pernah terputus sehingga Muhammadiyah Kaliwiro tetap eksis dan berkembang cukup baik.



Sumber : Buku " Sinar Sang Surya di Bumi Asri, Rekam Jejak Gerakan Muhammadiyah di Wonosobo" TP2SM Wsb April 2023. ed. Rudyspramz


Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website