Leksono - Persyarikatan Muhammadiyah

Leksono
Leksono
.: Kembali ke PDM Kabupaten Wonosobo

Homepage

Sejarah Muhammadiyah Cabang Leksono

                                Gerakan Pembaruan Pengamalan Islam dari Putera Seorang Tokoh NU

 

Muhammadiyah Cabang Leksono berlokasi di Kecamatan Leksono dengan batas wilayah sebelah barat : Kecamatan Sukoharjo, sebelah timur : Kecamatan Sel­omerto, sebelah utara: Kecamatan Watumalang, sebelah selatan : Kecamatan Ka­liwiro. Sekarang ini merupakan periode kepemimpinan ke 5 sejak berdiri sekitar tahun 1963 memiliki 3 Ranting dari 17 Desa, telah memiliki ortom : ‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ko­kam, Tapak Suci dan Amal Usaha : SMP Muhammadiyah Leksono, MI Muham­madiyah Leksono, MI Muhammadiyah Serayu, TK ABA Leksono, Masjid Nurul Iman, Musholla Mu’awwanah, Musholla Al Huda, Musholla Al Fatah, Musholla Arif Muhyidin, Musholla Al Falah TPQ Kaliwaru, PAUD Zakiyatul Marhamah. Adapun tokoh-tokoh pendirinya Bapak. Haji Nur, Bapak Mudatsir, Bapak Bardan Sastrosuwito, Bapak Rochmadi, Bapak Nukman.

Muhammadiyah masuk Leksono sekitar tahun 1950 berawal dari kiprah dari banyak mubaligh, diantaranya ada seorang mubaligh dari Purbalingga yang bernama Haji Nur, mengadakan pengajian Al Islam di Musholla awalnya sedikit jamaahnya lama-lama banyak yang tertarik, kedua pu­tranya yang bernama HA Kiyas dan H. Nursyahid ikut membantu sebagai penggerak AUM terutama dalam penggalangan dana infaq. Kemudian ada seorang mubaligh yang bernama Bapak Kasbulah berasal dari Sidakala Leksono mendirikan langgar berupa prang­gok untuk pengajian al Islam sesuai Al Qur’an dan Al Hadist setiap malam jum’at, jamaahnya antara 10 sampai 15 orang. Kemudian Bapak Bardan Sastro Suwito seo­rang guru/PNS bersama Bapak Kasbullah memfasilitasi kegiatan Muhammadiyah, rumah beliau sebagai tempat pengajian rutin ibu-ibu ‘Aisyiyah setiap jumat siang dan beliau merupakan Ketua PCM Leksono yang pertama. Kemudian ada H. Umar, Kepala Jawatan Agama asal Wonosobo, pendukung dan pemberi materi pengajian dan pengarah sholat ied  di tanah lapang yang pertama yang dilaksanakan di ladang Bapak Talib tahun 1955. Selanjutnya ada Bapak Mudatsir, mubaligh dari Desa Deles Kecamatan Watumalang, beliau diusir dari Desa Deles karena disana banyak Ah­madiyah, jalan kaki selama hampir 3 jam bersama keluarga dari Desa Deles, isti­rahat di Leksono ketemu Bapak Bardan dan diminta tinggal di rumah Bapak Bardan sekalian jadi mubaligh Muhammadiyah dan Aisyiyah. Kemudian pada tahun 1955 ada seorang warga bernama Bapak Supangat Atemo Pawiro mewakafkan tanah yang  diatas tanah tersebut dibangun Masjid Nurul Iman. Sekitar tahun 1970 Bapak Mudatsir pindah ke Jakarta menyusul anaknya yang sukses di Jakarta dan salah satu putranya yang bernama Bapak Muhyidin mewakafkan tanah dan bangu­nan Musholla Al Hikmah yang kini berubah menjadi Musholla Arif Muchjidin.

Perkembangan berikutnya ada seorang tokoh NU bernama Bapak H. Thoyib memiliki putra bernama Moh. Nukman, alumni Pondok Pesantren Persatuan Islam (Persis) Bangil Jawa Timur. Pada tahun 1960 Bapak Moh. Nukman pulang ke Lek­sono membawa paham Persis yang memang hampir sama dengan Muhammadiyah, dalam posisinya sebagai Ketua PMC Leksono Bidang Tabligh, beliau membentuk dan mengoptimalkan kader-kader dakwah di tingkat Cabang, dan mengadakan pen­gajian setiap malam jum’at pengajian rutin Al Islam : Aqidah dan Fiqih Ibadah dari rumah ke rumah dengan jamaah sekitar 20 an,.

Sekitar tahun 1964 Bapak Moh. Nukman dalam mengembangkan dakwah Mu­hammadiyah banyak menghadapi tantangan dituduh ‘kristen baru’ tapi banyak yang suka terutama anak muda karena lebih masuk akal, beberapa hal yang ingin dilurus­kan oleh Bapak Nukman : masalah kiblat sholat dan adzan jum’at 2 kali, mendapat tantangan dari pengurus Masjid Jami’ Leksono, sifatnya cuma mengusulkan otoritas ada di Desa yang diwakili Bapak Lebai akhirnya warga Muhammadiyah mengada­kan jum’atan sendiri di Musholla dan semakin banyak jamaahnya, beliau dituduh memecah belah umat, dalam persoalan doa untuk orang yang meninggal semua diajak berdoa tidak hanya di aminkan saja, juga masalah qurban, hewan qurban tersebut diser­ahkan ke Bapak Lebai, Muhammadiyah membuat gebrakan Sholat Ied pertama di lahan jagung setelah panen dipinjam untuk sholat Ied atas saran Bapak H. Umar (Pegawai KUA Leksono) pada tahun kedua Sholat Iedul Fitri dan Iedul Adha su­dah di lapangan desa, jadi tontonan “aneh sekali” karena dekat pasar, dilaksanakan qurban pertama kali dengan jumlah kambing 3 ekor yang nalangi Bapak Nukman dulu. Pembagiannya sangat sedikit untuk ratusan jamaah, tapi yang dipentingkan syiarnya dulu. Masalah lain soal zakat yang pada waktu itu diserahkan ke Pak Leb­ai/Pak Kaum dan secara tidak langsung semacam penghargaan atas jasa pak Lebai yang selama ini melayani masyarakat, mulai dari mengurusi jenazah, perkawinan dan semua kegiatan keagamaan lainnya, sehingga pantas menerima zakat memang ada jatah untuk fakir miskin tapi diserahkan sepenuhnya kepada Bapak Lebai untuk membaginya. Bagi Bapak Moh. Nukman, kebiasaan ini tidak sesuai dengan syariat Islam, tapi bisa dipahami karena beliau juga butuh kehidupan. Oleh karena itu Ba­pak Nukman inisiatif kerjasama dengan Kelurahan, mengusulkan Bapak Lebai yang juga perangkat Desa dapat bengkok, selama ini Bapak Lebai dapat penghasilan dari selamatan warga setiap bulannya pasti ada. Usulan Bapak Moh. Nukman disetujui, kemudian dalam pengurusan Zakat dibentuklah Amil, sehingga semua zakat diser­ahkan kepada Amil, namun ternyata tidak semuanya, warga Muhammadiyah setor ke Amil, sebagian warga yang lain setor zakat ke Bapak Lebai ( sekarang tidak lagi 100 %)

Pada tahun 1968 Bapak Moh. Nukman menjadi Ketua Pimpinan Muhammad­iyah Cabang (PMC) Leksono, semua bergerak dari anak-anak, pemuda, orang tua,

pria dan wanita, dibentuk juga Ranting-ranting di Desa Serayu (Ketuanya Bapak Yusro dan Bapak Nasihin), Desa Ngepoh (Ketua Bapak Ali Usman), Desa Sawangan (Ketuanya Bapak Much. Syuhada), Desa Sukoharjo (Ketuanya Bapak Ismail) Desa Rogojati (Ketuanya Bapak Danu dan Bapak Merto Suripto) dan Desa Selokromo. Bapak Moh. Nukman mengembangkan Ranting-ranting dan juga sering diundang mengaji ke Cabang Muhammadiyah yang lain, dengan mengendarai sepeda ontel dan pompa untuk persiapan bila ban bocor

Kepemimpinan Bapak Moh. Nukman sejak tahun 1968 selama 4 periode dan berhasil mendirikan TK ABA, Madrasah Wajib Belajar (MWB) yang berubah men­jadi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Leksono dan Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) yang berubah menjadi SMP Muhammadiyah Leksono dan juga Madrasah Diniyah di rumah beliau untuk semua kalangan (anak, remaja, orang tua, pria dan wanita) mengaji fiqih islam dilanjut Bapak H. Sudiyono, BA periode 2000 – 2005 melakukan pengembangan fisik Masjid Nurul Iman dan pada tanggal 22 Desember 2002 mulai melaksanakan rehab Masjid bagian depan berlantai 2 dengan kubah sehingga mampu menampung 200 – 250 jamaah, membentuk takmir masjid dng ketuanya Bapak Jachsan, Mendirikan TPA Nurul Iman sebagai wujud hidupnya kembali Madrasah Diniyah Muhammadiyah yang dibidani Angkatan Muda Mu­hammadiyah Leksono. Kemudian periode kepemimpinan Bapak Sudiyanto tahun 2005 – 2010 mengadakan finishing bangunan Masjid Nurul Iman pada lantai 2 den­gan lantai keramik dan menggerakkan infaq jalan pembelian tanah jalan masuk ke komplek MIM Leksono dengan ukuran 2 x 14 meter. Kemudian pada periode Ba­pak H. Usman Eliza tahun 2011 – 2015 dan 2016 – 2020 meresmikan PRM Capar Jlamprang dan PRM Kauman, mendirikan PAUD Zakiyatul Marhamah bekerjasa­ma dengan PC Aisyiyah dan BMT Marhamah, Menggerakkan kotak infaq bulanan, merealisasikan lembaga keuangan Lazismu, menggerakkan infaq pembelian tanah masuk MIM Leksono ukuran 15 x 40 m, mengembangkan bangunan gedung Siti Walidah MIM Leksono dengan 4 lokal berlantai 2, menelan biaya 1,3 M, bangunan tersebut untuk TK ABA, PAUD Zakityatul Marhamah dan MIM, Menata strategi dakwah Muhammadiyah pada tataran Ranting dan Musholla dengan mensubsidi buku-buku antara lain : AD dan ART Muhammadiyah, Formulir menjadi anggota Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Fatwa Tarjih berupa Tanya Jawab Agama jilid 1 sampai 6, Pedoman Tata Kelola Masjid dan Musholla Muhammadiyah.



Sumber : Buku "Sinar Surya di Bumi Asri, Rekam Jejak Gerakan Muhammadiyah di Wonosobo" TP2SM Wsb, Aoril 2023. ed. Rudyspramz

 

 

 

 


Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website