Sejarah Muhammadiyah Cabang Selomerto
Konsolidasi menghadapi Tantangan dari Nasionalis, Nahdliyin dan Salafi
Muhammadiyah Cabang Selomerto berawal dari kelompok pengajian yang diasuh Mbah Sulaiman seorang guru ngaji bertempat di rumah Bapak KH Hanafi, dari hasil pengajian itu terbentuklah embrio berdirinya Muhammadiyah di Selomerto sampai terbentuk menjadi PCM Selomerto dan telah ditetapkan oleh PP Muhammadiyah dengan nomor : A/-68/.66
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hari (sesepuh PCM Selomerto) Pada tahun 1960 an, Bapak H. Hanafi (Simbah mertua) dari Bapak HM Zaid, meminta Bapak HM Zaid yang sedang bertugas ke Semarang, diminta oleh Bapak H. Hanafi untuk kembali pulang ke Selomerto dan mendapat tugas untuk mengembangkan organisasi Muhammadiyah di Wonosobo. Pada waktu itu sudah berdiri Muhammadiyah Cabang Selomerto. Pendiri, perintis dan tokoh-tokoh yang berperan antara lain Bapak Hanafi, Bapak Maksum, Bapak Isrhom, Bapak Dur, dan Bapak Marhan yang berdomisili di Selomerto
Di teras Masjid Bapak H. Hanafi didirikan PAUD Al-Birru. Sebelah Utara terdapat Masjid Al-Mubarok yang merupakan Tanah Hibah/Wakaf dari Bapak Herno (adiknya Ibu Zaid/putra Bapak Maksum). Didirikannya Masjid Al Mubarok tersebut merupakan cikal bakal Muhammadiyah Selomerto yang berpusat di Kradenan. Akan tetapi perkembangan Muhammadiyah Selomerto lebih banyak berada atau eksis di Banaran, Mertosari, dan Potrowijayan.
Pimpinan Cabang Selomerto terbagi menjadi 3 Ranting antara lain, Selomerto Barat atau Kradenan, Potrowijayan di sebelah Timur, dan sebelah Selatan di Mertosari. Dilanjutkan kemudian ada Ranting Banaran, Ranting Maduliyo, Ranting Sumber Wulan, Ranting Kadipaten/Manggis, dan Ranting Depok. Selain Tokoh tersebut diatas ada tokoh lainnya yaitu Bapak Ruhul Muqodam, Bapak Dul Fatah, Bapak Hari, Bapak Towi, Bapak Cip, dll. Diantara Ranting-ranting tersebut ada yang perkembangannya pesat dan ada yang biasa-biasa saja. Saat ini Ranting yang terbaru atau Ranting Depok sedang merintis Badan Usaha. Ketua Pimpinan Cabang Pertama yaitu Bapak Yasin Daryatno, kemudian Bapak Jabar, dan Bapak Ishrom. Dalam kegiatan organisasi tetap diadakan pengajian, sesuai pesan Bapak H.Hanafi kepada Bapak Zaid.
Amal Usaha Muhammadiyah Cabang Selomerto antara lain, MI Muhammadiyah Selomerto yang berdiri sekitar Tahun 1960 an, masing-masing Ranting mempunyai TPQ, ada Lazismu dan sebagainya. Adanya Lazismu menjadikan setiap Ranting memiliki kegiatan sendiri-sendiri, yaitu kegiatan pengajian dan pentasharufan setiap akhir Ramadhan. Ortom yang dimiliki : ‘Aisyiah, Pemuda Muhammdiyah, Nasyiatul ‘Aisyiah, dan IPM. Yang rutin melakukan kegiatan yaitu hanya ‘Aisyiah, Pemuda, dan Nasyiatul ‘Aisyiah.
Tidak mudah merintis Ranting Baru karena kurangnya kepercayaan terhadap Muhammadiyah, telah diupayakan mendirikan Ranting di Desa Bumitirto dengan mengadakan kegiatan IPM, silaturahmi dan pengajian dengan berjalan kaki pulang pergi dan pakai lampu petromak karena malam. Tetapi kegiatan hanya berjalan 5 kali saja. Demikian pula di Plobangan ada Masjid, tapi tidak mudah mendirikan Muhammadiyah di daerah tersebut.
Reaksi berdirinya PCM di Selomerto, secara Intern : positif dan banyak dukungan namun secara ekstern : reaksi negatif, banyak pertentangan dari kelompok Nasionalisme sekuler dengan adanya PNI (Partai Nasionalis Insonesia) mengingat sebagian dari pimpinan harian PCM waktu itu juga anggota Masyumi, tantangan lain juga muncul dari NU dan Salafi. Cara mengatasi dengan konsolidasi kedalam antar pimpinan dan warga Muhammadiyah
Perkembangan PCM : Periode pertama semenjak berdiri dan disyahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta. Bidang Majelis Tabligh : Pembentukan Dakwah jamaah dan pengajian-pengajian. Di bidang pendidikan : Berdiri Madrasah Ibtidaiyah Selomerto dilanjutkan pendirian TK Aisyiyah. Pendirian ranting Banaran yang merupakan ranting pertama didirikan di cabang Selomerto. Majelis PKO (Penolong Kesegsaraan Oemat) diantara program kegiatannya adalah menumbuhkan kesadaran Zakat , Infaq, dan Sodaqoh dengan mendirkan Baitul Mall. Membuat lumbung padi untuk menampung zakat hasil panenan para petani.
Pengalaman Paham Muhammadiyah Mengalami banyak hambatan dalam memurnikan Islam, namun para pendiri tetap memperkuat gerakan pemurnian Agama dengan menggerakan pengajian-pengajian baik pada tingkat Pimpinan dan Anggota.
Permasalahan yang dihadapi secara intern : kurang adanya kerjasama, kurang koordinasi, konsolidasi dan kurang adanya kaderisasi, secara ekstern : munculnya ormas dan paham lain yang sedikit demi sedikit merenggang dan mengajak warga Muhamadiyah masuk dan aktif kedalam kegiatan ormas tersebut, semua disikapi dengan terus mengadakan pengajian Cabang dan Ranting secara istiqomah dan kaderisasi di keluarga.
Sumber : Buku "Sinar Sang Surya di Bumi Asri, Rekam Jejak Gerakan Muhammadiyah di Wonosobo, TP2SM Wsb, April 2023 ed. Rudyspramz