Wonosobo - Persyarikatan Muhammadiyah

Wonosobo
Wonosobo
.: Kembali ke PDM Kabupaten Wonosobo

Homepage

Sejarah

MUHAMMADIYAH CABANG WONOSOBO
Gerombolan Orang-orang Kejiwan Pendiri Cabang Wonosobo 
 
 
           PCM Wonosobo berlokasi di Kecamatan Wonosobo dengan batas wilayah sebelah barat : Kecamatan Watumalang, sebelah timur: Kecamatan Kertek, sebelah utara: Kecamatan Garung, sebelah selatan: Kecamatan Selomerto. Sampai dengan tahun 1990-an, PCM Wonosobo memiliki 8 PRM yaitu : (1) Kejiwan, (2) Argopeni, (3) Wonosobo Barat, (4) Wonosobo Timur, (5) Wonosobo Utara, (6) Wonosobo Selatan, (7) Sidojoyo dan (8) Sribit. Sejak tahun 1995 diadakan pemekaran ranting sehingga ada ranting yang dipecah menjadi beberapa ranting baru. Hingga tahun 2020 telah berkembang menjadi 17 PRM, yaitu: (1) Kejiwan, (2) Argopeni, (3) Wonosobo Utara, (4) Sudagaran, (5) Wonosobo Selatan, (6) Jogonegoro, (7) Tawangsari, (8) Wonosobo Barat I, (9) Wonosobo Barat II, (10) Bumiroso, (11) Wonosobo Timur, (12) Sabuk Alu, (13) Prajuritan Bawah, (14) Sidojoyo, (15) Pancurwening, (16) Sribit dan (17) Purnamandala. Untuk ranting Bumiroso yang terletak di kecamatan Watumalang, semula bergabung ke PCM Wonosobo karena di Watumalang belum ada Cabang tersendiri. Pada tahun 2021 berdirilah Cabang Watumalang, sehingga sejak tahun 2021 itu pula Ranting Muhammadiyah Bumiroso menjadi bagian dari Cabang Watumalang. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wonosobo merupakan salah satu Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) tertua di Kabupaten Wonosobo, yang kehadirannya justru melatarbelakangi berdirinya Pimpinan Daerah Wonosobo.
         Pada awal berdirinya Pimpinan Cabang Muhammadiyah di Wonosobo, kepengurusan dan status PCM Wonosobo menginduk di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara, hal itu berdasarkan latar belakang berdirinya PCM Wonosobo yang  berasal dari orang-orang Kejiwan yang berasal dari Kota Banjarnegara. Dari desa Kejiwan, kegiatan Muhammadiyah kemudian bergerak masuk kota Wonosobo yang pada saat itu segala kegiatan terpusat di Sudagaran Wonosobo. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber dan catatan yang ada, terdapat sekumpulan orang yang pada saat itu disebut “Gerombolan” dari Kejiwan yang salah satu tokohnya bernama Bp. Ponadi, kegiatan Muhammadiyah mulai bergerak ke kota Wonosobo, terutama di kampung Sudagaran. Kegiatan Muhammadiyah di Wonosobo dipelopori oleh tokoh-tokoh pendahulu diantaranya Bapak Sulaiman, Bapak Muhammad Tammam, Bapak Mochammad Toha, Bapak Salim Yahya, Bapak Hadi Oetomo, dan lain-lain. Selain berdakwah di Wonosobo, Bapak Sulaiman yang juga berperan dalam pengembangan Muhammadiyah di Dusun Selomanik Kaliwiro Wonosobo. Beberapa tokoh pendahulu di Sudagaran yang ikut andil dalam pergerakan Muhammadiyah diantaranya adalah Bapak Martorejo, Bapak Martosoleh, Bapak Abdullah Fekih, Bapak Ahmad Laziem, Bapak Sumaji, Bapak Darnosusanto, dan lain-lain. Di kemudian hari Bapak Sumaji mewakafkan tanahnya untuk Muhammadiyah dan sekarang dipakai untuk Gedung Dakwah Muhammadiyah Cabang Wonosobo di jalan Veteran no. 39.
         Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wonosobo telah terbentuk mulai sejak tahun 1950-an, yang dibuktikan dengan pendirian Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sudagaran yang berdiri pada tahun 1963. Juga Panti Asuhan Muhammadiyah yang sekarang berada di Kauman, dulunya juga dimulai dari kampung Sudagaran kemudian pada tahun 1970-an pindah ke Kauman Utara. Untuk kepemimpinan Muhammadiyah, berdasarkan informasi dari berbagai sumber diperoleh data bahwa PCM Wonosobo di awal pendirian (sekitar tahun 1950-an) diketuai oleh Bp. Hadi Oetomo, kemudian dari catatan yang bisa ditemukan, dimulai dari sekitar tahun 1970-1990 Muhammadiyah Cabang Wonosobo diketuai oleh Bapak Zaini Syukri. Tahun 1990-1995 Muhammadiyah Cabang Wonosobo diketuai oleh Bapak Fatchurahman, tahun 1995-2005 oleh Bapak Purwanto. Hingga sampailah pada tahun 2005-2010 (periode Muktamar ke-45) PCM Wonosobo dipimpin oleh Bp. Thobroni Yusuf yang bertugas pada tahun 2006 sampai 2011. Pada tahun Tahun 2010-2015 (periode Muktamar Ke-46) PCM Wonosobo kembali dipimpin oleh Bapak Thobroni Yusuf. Namun pada akhir tahun 2012 Bapak Thobroni mengundurkan diri dan kepemimpinan PCM dilanjutkan oleh Bapak Tri Martanto sampai akhir periode. Pada periode tahun 2015-2020 (periode Muktamar Ke-47) Bapak Tri Martanto kembali terpilih menjadi ketua PCM Wonosobo. Kepemimpinan di periode ini seharusnya berakhir pada tahun 2020, namun karena adanya penundaan pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke 48 karena pandemi covid-19, maka kepemimpinan periode terakhir diperpanjang sampai dengan tahun 2022 atau sampai terlaksananya Muktamar Muhammadiyah.
          Saat ini PCM Wonosobo telah memiliki organisasi otonom ‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Sebagaimana tujuan persyarikatan Muhammadiyah, Muhammadiyah hadir di tengah masyarakat untuk menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, melakukan dakwah kepada masyarakat baik dengan lisan yang bersifat ceramah atau pengajian, maupun dengan perbuatan dengan melakukan amal kebaikan kepada Masyarakat. Pada sekitar tahun 1970-1980 kegiatan pengajian seringkali diisi langsung oleh KH. AR Fachrudin selaku Ketua PP Muhammadiyah bertempat di Masjid Al-Huda Sudagaran. PRM juga rutin mengadakan pengajian dengan pemateri dari PCM Wonosobo dan ustadz-ustadzah yang mumpuni guna meningkatkan wawasan keislaman warga Muhammadiyah dan memberikan Ilmu Pengetahuan baik berupa materi Ibadah maupun Muamalah. Tidak hanya melalui bidang dakwah, ceramah dan pengajian saja, Muhammadiyah juga ikut andil dalam mensejahterakan masyarakat dan memberikan sumbangsih bagi Indonesia, khususnya Masyarakat Wonosobo, yaitu dengan kehadiran Muhammadiyah dalam berbagai bidang seperti Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, dan Muamalah. Dalam bidang pendidikan pada fase sejarah Muhammadiyah Wonosobo dalam naungan PCM Wonosobo telah mendirikan Pendidikan Sekolah Dasar, yaitu MI Muhammadiyah Sudagaran Wonosobo pada Tahun 1963 yang terus berkembang. Dan pada tahun 2006 MI Muhammadiyah Sudagaran beralih menjadi SD Muhammadiyah Sudagaran Wonosobo, hingga pada saat kepemimpinan Bp. H. Tobroni Yusuf terbentuklah SD MBF AL-Adzkiya sebagai amal usaha PCM.
         Dalam bidang kesehatan PCM Wonosobo juga mengelola PKU Muhammadiyah, yang pada saat itu bertempat di Sudagaran Wonosobo, hingga akhirnya PKU Muhammadiyah berubah nama menjadi BKIA Siti Fatimah yang bertempat di Sudagaran, namun pada sekitar tahun 1980an pindah Desa Sudungdewo Kertek hingga pengelolaan PKU Muhammadiyah berpindah tangan dikelola oleh PCM Kertek, bahkan seiring berkembangnya waktu dan kebijakan PKU Muhammadiyah pada saat ini telah dikelola langsung oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wonosobo.
           Di bidang Ekonomi dan Sosial PCM Wonosobo juga melaksanakan Pengembangan Ekonomi Warga Muhammadiyah melalui Surya Mart yang pada saat ini telah memiliki empat cabang di Wonosobo Dalam bidang sosial Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wonosobo, berkontribusi dalam berbagai aspek salah satunya yaitu dengan pendirian Panti Asuhan Muhammadiyah Wonosobo, yang diprakarsai oleh Bapak Ali Suhudi sekitar tahun 1960-an. Pendirian PAY Muhammadiyah tak lain bertujuan untuk menolong dan menyantuni anak yatim sebagaimana penerapan Q.S Al-Ma’un. Tak hanya terfokus pada anak yatim/piatu, namun Panti Asuhan Muhammadiyah Wonosobo diperuntukkan bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu ataupun terlantar. Adapun pada masa pembentukan PAY Muhammadiyah Wonosobo, bertempat di Sudagaran Wonosobo dan sekarang berpindah ke Kauman Utara Wonosobo.
          Dalam bidang penyiaran, Muhammadiyah Wonosobo pada sekitar tahun 1970-an merintis siaran radio yang diberi nama “VOMU’ yang merupakan singkatan dari Voice of Muhammadiyah. Siaran radio VOMU pada awalnya dikelola oleh Bapak Romadhon (putera dari Bapak Abdullah Fekih) yang studio siarannya menggunakan rumah Bapak Abdullah Fekih di Sudagaran. Pada perkembangan berikutnya Radio VOMU ini berubah menjadi Radio Purnamasidhi yang studionya berada di Argopeni. Sekarang Radio Purnamasidhi dikelola oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wonosobo. PCM Wonosobo melakukan berbagai upaya dan kontribusi dalam mensejahterakan masyarakat, menjadi negeri yang “Baldatun Toyibatun Wa Robbun Ghofur” dengan semangat Amar Ma’ruf Nahi Munkar, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan melakukan berbagai hal yaitu melaksanakan penyembelihan hewan qurban di Alun-Alun Wonosobo dan membagikan kepada Masyarakat yang berhak, mengumpukan dan membagikan Zakat Fitrah,melaksanakan Sholat Idul Fitri dan Idul Adha di Alun-alun Wonosobo sebagai syiar agama Islam dan Muhammadiyah. PCM Wonosobo juga mendidik Warga Muhammadiyah sebagai Agent Of Change Persyarikatan, dimana PCM memiliki program setiap warga Muhammadiyah menjadi seseorang yang dapat dijadikan sebagai panutan, yang disebut Pamong Jama’ah atau Inti Jama’ah yang menggerakkan kegiatan Jama’ah di Ranting-Ranting Muhammadiyah.
             Eksistensi PCM Wonosobo tentu tidak terlepas dari kontribusi dan ulur tangan kader muda Muhammadiyah beserta ortomnya, salah satunya yaitu Aisyiyah sebagai salah satu Organisasi Otonom di dalam Muhammadiyah berbagai program kerja seperti, pengajian dikalangan Ibu-Ibu, Pangruki Layon, dan berperan kuat dalam penggalangan dana segala kegiatan Muhammadiyah. Nasyiatul Aisyiyah mengadakan pengajian dilingkungan remaja putri. Ortom Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah juga sangat berperan penting bagi pengkaderan dan re-generasi kader Muhammadiyah di Wonosobo, yaitu dengan melakukan kaderisasi melalui Pengajian-Pengajian. Menariknya, pada masa itu Ortom Pemuda Muhammadiyah Wonosobo juga melakukan bimbingan belajar bagi Putra-Putri Muhammadiyah dan Remaja Muhammadiyah yang bernama Bimbingan Belajar Melati. Sementara kegiatan Hizbul Wathan juga menajadi cikal bakal kaderisasi Muhammadiyah di Pimpinan Cabang Wonosobo, dimana Kegiatan HW pada masa itu telah dilaksanakan di kampung-kampung setiap hari Ahad.
          Dalam pergerakan Muhammadiyah pada masa pembentukan tentu tidak terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan salah satunya yaitu Masyarakat menganggap bahwa Muhammadiyah merupakan Organisasi Neo Masyumi, dimana 84 pada saat itu Masyumi telah dibubarkan di Indonesia bahkan Muhammadiyah juga mendapatkan pertentangan dari keluarga dan aktivis PKI di Wonosobo, meskipun pada dasarnya Muhammadiyah telah mampu diterima di tubuh Masyarakat baik warga Muhammadiyah maupun non Muhammadiyah. Tak hanya tantangan dari luar, Muhammadiyah juga memiliki PR besar salah satunya yaitu adanya berbagai permasalahan intern seperti susahnya kaderisasi di tubuh Muhammadiyah, terlebih pada saat pergantian pimpinan. Keberadaan warga yang heterogen selain baik, juga memiliki tantangan tersendiri, seperti halnya bermacam-macamnya profesi Pimpinan/Pengurus Persyarikatan Muhammadiyah sehingga terbatas waktu dalam koordinasi
 
 
Sumber : Buku 'Sinar Sang Surya di Bumi Asri' Rekam Jejak Gerakan Muhammadiyah Wonosobo, TP2SM Wsb, April 2023

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website